Strukturalisme Dalam Prosa Arab
STRUKTURALISME
DALAM PROSA ARAB
Dari
Klasik Hingga Modern
Sejarah
Perkembangan Strukturalisme
Di barat, kelahiran kritik struktural berawal dari
upaya yang dirintis kaum formalis (asy-Syakliyyah) Rusia yang ingin
membebaskan karya sastra dari lingkungan ilmu-ilmu lain, seperti psikologi,
sejarah, atau penelitian kebudayaan. Menurut mereka, pendekatan sastra lewat
ilmu-ilmu tersebut kurang meyakinkan. Sastra ingin dilihatnya sebagai tindak
bahasa atau kata.[1]
Strukturalisme muncul sekitar paruh kedua abad ke-20
dan berkembang menjadi salah satu pendekatan yang paling populer di bidang
akademik berkaitan dengan analisis bahasa, budaya, dan masyarakat.
Aktivitas Ferdinand de Saussure yang menggeluti bidang linguistik inilah
yang dianggap sebagai titik awal dari strukturalisme. Teori
Strukturalis berkembang melalui dua tahapan yaitu formalisme dan
strukturalisme dinamik. Meskipun demikian, dalam perkembangan tersebut juga
terkandung ciri-ciri khas dan tradisi intelektual yang secara langsung
merupakan akibat perkembangan strukturalisme.
Sejak awal abad ke-20 teori sastra berkembang dengan
pesat, perkembangan ini sejajar dengan terjadinya kompleksitas kehidupan
manusia yang juga memicu perkembangan genre sastra. Fungsi
utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia,
sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan. Dalam
hubungan inilah diperlukan genre yang berbeda dan diperlukan
teori yang berbeda untuk memahaminya.
Sejarah strukturalisme, demikain juga sejarah teori
pada umumnya adalah sejarah proses intelektualitas. Sejarah tersebut dibangun
atas dasar kekuatan evolusi sekaligus revolusi. Perkembangan teori tidak cukup
dibangun atas dasar akumulasi konsep, metode, dan berbagai pandangan dunia
lainnya, melainkan juga memerlukan perubahan secara radikal yang pada
gilirannya memicu proses percepatan lahirnya teori-teori baru (Kuhn dalam
Penelitian Sastra, Kutha Ratna 2008: 89). Walaupun strukturalisme berhubungan
dengan formalisme Rusia dan strukturalisme lahir karena ketidakpuasan juga
kritik atas formalisme, namun strukturalime pada umumnya diasosiasikan dengan
pemikiran Perancis tahun 1960-an, yang sebagian besar dhubungkan dengan
etnografi Levi-Strauss, juga pemikiran Roland Barthes, dll yang sebagian besar
masuk dalam teori postrukturalis.[2]
Pengertian
Kritik
Sastra Struktural adalah kritik objektik
yang menekankan aspek instrinsik karya sastra, di mana yang menentukan
estetikanya tidak saja estetika estetika bahasa yang digunakan, tetapi juga
relasi antar unsur. Unsur-unsur itu dilihat sebagai sebuah artefak (benda seni)
yang terdiri dari berbagai unsur. Puisi terdiri dari tema, plot, latar, tokoh,
dan gaya bahasa, imajinasi atau gaya bayang, ritme atau irama (matra[bahr/wazan
dalam puisi tradisional Arab]), rima atau persajakan (qafiyah dalam
puisi Arab tradisional), diksi atau pilihan kata, simbol, dan enjambemen
(sambung-menyambungnya baris atau larik seperti qasidah yang barisnya
dua sejajar atau ruba’iyyat yang barisnya empat dengan tersusun ke
bawah). Semua unsur-unsur itu dilihat teori strukturalisme jalin menjalin
dengan rapi yang memiliki interrelasi dan saling ketergantungan (interrelation
and mutual dependencies).[3]
Pokok-Pokok
Pembahasan
Langkah-langkah
Penerapan Teori Struktural untuk Memahami Karya Sastra. Analisis struktural
dalam karya sastra khususnya prosa fiksi dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur
intrinsik fiksi. Misalnya mendeskripsikan unsur intrinsik seperti plot, tokoh,
penokohan, latar, sudut pandang, tema, dan amanat. Setelah itu kita mengetahui
fungsi masing-masing unsur dalam menunjang keseluruhan dan bagaimana hubungan
antar unsur itu sehingga membentuk suatu makna yang padu. Keterpaduan ini dapat
dilihat dari hubungan antar peristiwa satu dengan peristiwa lainnya, kaitannya
dengan pelompatan yang tidak kronologis, kaitannya dengan tokoh penokohan,
dengan latar dan sebagainya.[4]
a.
Unsur-unsur Internal
Teks Prosa Menurut Strukturalisme
Sebuah
kajian struktural dapat ditempuh dengan cara melakukan identifikasi, pengkajian
dan pendeskripsian fungsi terhadap unsur internal suatu teks prosa. Unsur-unsur
internal teks prosa menurut strukturalisme terdiri atas:
1. Tema
Tema
dalam penulisan sebuah teks prosa merupakan pengejawantahan dari ise yang
ditemukan oleh pengarangnya. Secara teoritik pengertian tema diformulasikan
sebagai makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Makna pokok yang menjadi
dasar dari pengembangan makna-makna selanjutnya.
2. Tokoh
dan Penokohan
Tokoh
dalam cerita fiksi merujuk pada pertanyaan-pertanyaan seperti “Siapa pelaku
dalam cerkita fiksi itu?”, “Ada berapa tokoh dalam ceritanya?”,”Siapakah pelaku
antagonis dan protagonisnya?”. Dengan demikian tokoh merujuk pada pelaku yang
ada dalam cerita, sedangkan penokohan adalah merujuk pada apa yang disebut
dengan karakter atau perwatakan tokohnya.
3. Plot
(alur cerita)
Alur
secara umum dipahami sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat
dalam cerita. Laxemburg menyebutkan alur sebagai konstruksi yang dibuat pembaca
mengenai deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan
diakibatkan dan dialami oleh para pelaku dalam cerita.
4. Setting
(pelataran)
Setting
merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa yang diciptakan. Unsur latar selanjutnya dapat
dikategorikan menjadi, (a) setting tempat, (b) setting waktu, (c) setting
peristiwa.
5. Sudut
Pandang
Sudut
pandang adalah sebuah cara cerita dikisahkan, cara atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi.
6. Pesan
(amanat)
Unsur
terakhir dalam kajian struktural adalah pesan atau amanat yang dapat digali
dari sebuah cerita fiksi. Pesan ini dalam kajiannya dapat berupa (a) pesan
moral yang disampaikan, (b) pesan religiusitas, (c) nilai dan kritik sosial,
(d) nilai pessan lainya seperti nilai kekeluargaan, pendidikan, adat, dan lain
sebagainya.
b.
Unsur-unsur Internal
Teks Puisi Menurut Teori Strukturalisme
Puisi
pada prinsipnya dibangun seperti halnya cerpen, novel. Drama maupun roman yaitu
atas unsur-unsur internal dan eksternal. Unsur internal adalah unsur-unsur yang
berada di dalam naskah puisi. Adapun unsur-unsur internal teks puisi adalah
sebagai berikut:
1. Tipografi
Tipografi
adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan
suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasa dalam puisi.
2. Diksi
Adalah
pilihan kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan dalam puisi.
3. Bunyi
Adalah
berupa irama(persamaan bunyi pada puisi, di awal, tengah, dan di akhir), ritma
(tinggi-rendah, panjang-pendek, keras- lemahnya bunyi).
4. Majas
Adalah
cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk
puisi.
5. Citraan
(pengimajinasian)
Adalah
gambaran-gambaran dalam pikiran atau gambaran angan penyair.
6. Sarana
Retorika
Adalah
muslihat intelektual, yang di bedakan beberapa jenis yaitu hiperbola, ironi,
ambiguitas, paradox, litotes dan ellipsis.[5]
Cara
Kerja
Adapun
metode atau prosedur operasional teori strukturalisme di antaranya:
1.
Membangun teori struktur
sastra sesuai dengan genre yang diteliti.
2.
Pembacaan yang cermat
serta mencatat unsur-unsur internal yang terkandung dalam karya sastra.
3.
Unsur tema lebih
diutamakan.
4.
Menganalisis tema, alur,
konflik, sudut pandang gaya bahasa dan setting.
5.
Menghubungkan antara
satu unsur dengan unsur lainnya supaya terwujud keterpaduan makna struktur.
6.
Melakukan penafsiran.[6]
Analisis
Cerpen على أبواب الحياة Menggunakan Teori Struktural
1. Tema
Menurut
Eddi (1991) tema merupakan yang menjadi dasar sebuah karangan. Stantin dan
Kenni (dalam Nurgiyantoro, 2005;67) tema merupakan makna yang terkandung di
dalam sebuah cerita. Dalam Kamus KBBI dijelaskan tema merupakan pokok
pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg dasar mengarang, menggubah
sajak, dsb) (KBBI elektronik: v1.1). Dari pengertian diatas bisa diamil
kesimpulan bahwa tema dalam cerpen ini adalah kehidupan.Tema ini tercermin
dari judulnya yaitu على أبواب الحياة (di depan pintu kehidupan). Tema ini juga
tergambar di dalam cerpen yaitu bagaimana mereka berusaha untuk bisa bertahan
hidup.
2. Tokoh
dan Penokohan
Menurut
Abram dalam Huda (2008) tokoh merupakan orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif. Adapun penokohan adalah sikap dan sifat pribadi tokoh. Tokoh
dapat dibagi menjadi dua yaitu protagonis dan antagonis.
Pengarang
mendeskripsikan tokoh-tokoh utama yang ada dalam cerpen ini dengan sangat
detail. Pengarang hanya mendeskripsikan tokoh yang ada dalam cerpen ini sebagai
tokoh protagonois. Secara lebih detail perhatikan tokoh dan penokohan dibawah
ini.
1. Hamdan
(tokoh utama)
Tokoh
Hamdan didiskripsikan dengan sangat jelas oleh pengarang. Ia adalah laki-laki
yang tinggi, kuat, kulitnya berwarna coklat, di dahinya terlihat kerutan
kerutan yang jelas. Ciri-ciri yang disampaikan pengarang mengindikasikan bahwa
hamdan adalah orang yang suka bekerja keras. Dan hal ini digambarkan pada
episode I pada baris ke 6 dan seterusnya:
فحين تنظر إلى "حمدان" تجد أمامك رجلا أسمر اللون طويل
القامة مفتول العضلات قوى البنية غائر العينين. قد حُفرت على جبينه خطوطٌ واضحة .
تَرَكَ لحيته لم يحلقها تماما ولم يطلقها تمامًا مما يشعرك بأن هذا
الرجل الذى أمامك لا يستهويه أن يقف طويلا أمام المرآة.
2. Buha’ (tokoh utama)
Tokoh
buha didiskripsikan oleh pengarang sebagai tokoh yang selalu memperhatikan
penampilan. Buha adalah orang yang tampan, mempunyai mata yang indah, gigi yang
seperti mutiara. Dan pengarang melukiskan bahwa buha bagaikan oase dipadang
pasir dikala ia duduk bersama temannya. Hal ini dilukiskan dalam teks berikut:
".........."
بهاء " فقد كان شابا وسيمًا قد رسمت الأقدارُ هيئتَه كأنما ترسم لوحةَ فنيةَ
رائعة. فلو نظرت إلى عينيه لاحترت فيهما أهى عيون خضراء أم زرقاء؟ مع جاذبية دون
كلام .. قد وضعت كل عين فوق وجنة كوجنة أجمل النساء يتوسط الوجنتين أنف دقيقة
وتحته فم قد حوى أسنانًا كاللؤلؤ..
وكان الفرق واضحًا بين الرجلين ...
فكان الأربعة إذا جلسوا ، فإنهم ينظرون إلى
"بهاء" كواحة خضراء قد وُضعت فى صحراءَ قاحلة ، من أين أتوها فهى واحة
جميلة ". (episod I baris ke 13 dst)
3. ‘Auf (tokoh utama)
‘Auf adalah orang yang cerdas, pendiam dan ia tidak akan bicara
kecuali diminta untuk berbicara. Hal ini dijelaskan oleh pengarang pada episod
I baris ke 22 yaitu:
أما " عوف " فكان رجلا عاقلا ، كلامه قليل .. كثير الصمت
ولا يدخل فى أى موضوع إلا إذا طُلب منه فإذا حدثته وجدته رجلا واعيا لكل ما يدور
من حوله، وإن حاول أن يبدى أنه لا يعلم شيئًا.
4. Qusho
Adapun
Qusho ia adalah orang orang yang pasrah terhadap kehidupan yang ia jalani dan
ini disebutkan dalam teks berikut:
أما " قُصَى " فحين تراه تشعرُ أنك أمام إنسان لم يحمل
–يومًا- همًا للحياة .. فلو هُدمت المدينة بأكملها لهرب الجميع إلا هو، فسيفكر فى
لحظتها عن موطن الاستفادة فى هذه اللحظة ..
وإنه لا يشغله الماضى كثيرًا ولا يعنيه المستقبل فى شئ .. فالمستقبل
عنده فى علم الغيب، أما الماضى فقد مضى بحلوه وبمره.
(Episod
I baris ke 25 dst)
".....أحب أن أقول إن الأقدار هى التى تؤثر فى حياة الإنسان أولا
وآخرًا"
(Episod
II Baris ke 32)
3. Seting
Sudjiman
dalam Wirwan (2009) mengatakan setting adalah segala keterangan, petunjuk,
pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam suatu karya sastra. Seting dalam karya prosa dibagi tiga yaitu tempat,
waktu dan social (nurgiantoro dalam Wirwan, 2009).
Sesuai
dengan pengertian yang telah dijabarkan, seting dalam cerpen ini ada tiga
yaitu:
a. Setting
tempat : di sekolah, Dalam cerita ini di sebutkan setting secara
khusus di perpustakaan, kantin. Ini tercermin dalam paragraf ke 4 dan 5.
وفي كل حصة الاستراحة انتظرته بين الخوف والرجاء في المكتبة
واحيانا نتناول الغداء في المطعم
b. Seting
waktu: pada awal masuk sekolah sampai akhir semester, Ini tercermin pada
paragraf 1 sampai paragraf ke 10 (lihat lampiran dalam makalah).
c. Setting
sosial: kehidupan para pelajar/remaja yang berhubungan dengan kisah-kisah
percintaan.
4. Alur
Alur
sering juga disebut plot. Dalam pengertiannya yang paling umum, plot atau alur
sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam
cerita (Sundari dalam Zainuddin Fananie, 2002).
Alur
dalam cerpen ini memakai alur maju karena kejadian ini dimulai sejak masuk
sekolah sampai akhir semester, ini tercermin dalam paragraph pertama sampai
akhir (lihat lampiran makalah).
Dalam
alur ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu perkenalan, konflik ,
klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
Yang
pertama adalah perkenalan tokoh, ini tercermin pada paragraph pertama dan
kedua yaitu:
دخلت في المدرسة الثانوية العامة الحكومية الأولى بباندأن........لكل
يبدأ حينما كنت اشتركت في برنامج التعارف. اعترف له بأني معجب به حينما كنت التقيت
به اول مرة لانه مختلف من زمرة اصحابه الآخرين. هو أخي الكبير اسمه مشهوري وهو
اكبر مني سنّا بسنتين.
Yang
kedua adalah konflik, ini tercermin pada paragraf ke enam, pada saat Fulan
mulai jatuh cinta kepada Masyhuri.
ولأننا نمشى معا دائما افكر في ان اجعله حبيبي، لكن أشعر بحزن لمرة
أخرى لأنه لا يتخذني الا اختا صغيرة
Yang
ketiga adalah klimaks: ini tercermin pada paragraph ke tujuh sampai ke
Sembilan.(lihat lampiran dalam makalah)
Yang
keempat adalah penyelesaian. Penyelesaian dari cerita ini adalah Fulan
menolak cintanya msyhuri. Ini tercermin dalam paragraph 11 dan 14
فلان، أحتاج إلى الحماسة لمواجهة الامتحان. لذلك أريد أن أجعلك
حبيبتي، ها انت تريدين؟! (11)
(14)عفوا، هذا الوقت أريد ان اتعلم اولا ولا
أريد ان اتغزل
5. Sudut
Pandang
Menurut Didik
Wijaya : Sudut pandang atau point of view di dalam cerita fiksi pada prinsipnya
adalah siapa yang menceritakan cerita tersebut. Sudut pandang dapat dibagi
menjadi dua yaitu sudut pandang orang pertama dan ketiga. Dan dalam cerpen ini
pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama. Ini jelas terlihat pada
paragraph pertama yaitu:
“دخلتُ في المدرسة الثانوية العامّة
الحكومية الأولى بباندأن بعد أن أشترك في الامتحان وأنتظره مدّة شهور
6. Amanat
Menurut Sumi
Winarsih & Sri Wahyuni dalam Zaini (2010) Amanat adalah pesan
yang akan disampaikan pengarang dalam cerita (novel). Amanat merupakan ajaran
moral atau nasehat yang hendak disampaikan pengarang atau pembaca. Pesan cerita
umumnya tersaji secara implisit.
Dalam
cerpen ini, terdapat amanat bahwa “antara cinta dan benci, bisa disebabkan oleh
hal yang sepele”. Penggalan cerpen nya adalah sebagai berikut :
“ولأننا نمشي معا دائما، أفكّر في أن أجعله
حبيبي. لكنّي أشعر بحزن لمرّة أخرى لأنّه لا يتّخذني إلاّ أختا صغيرة”
7. Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa (style) adalah cara pengucapan bahasa dalam perosa, atau bagaimana
seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan diungkapkan (Huda, 2008).
Huda (2008) mengungkapkan beberapa pembagian gaya bahasa menurut beberapa
pendapat yaitu :
“Menurut
Abrams (1981), unsur style terdiri dari fonologi, sintaksis, leksikal,
retorika. Di pihak lain leech and short (1981 dalam nurgiyantoro, 1995)
mengemukakan unsur style terdiri dari leksikal (diksi), gramatikal (struktur
kalimat), pemajasan (gaya bahasa kiasan), penyiasatan struktur (repetisi,
paralelisme, anaphora, pertanyaan retoris) dan pencitraan (imagery)”
Dari
pemahaman diatas ada beberapa style yang ada dalam cerpen ini yaitu:
Dari
segi ilmu badi’ pengarang menggunakan uslub al hakim, ini tercermin dengan
jawaban Fulan, yaitu:
عفوا، هذا الوقت أريد ان اتعلم أولا ولا أريد ان اتغزل
Dari
segi ilmu bayan yaitu:
“فلان، أحتاج إلى الحمّاسة لمواجهة الامتحان”
Dalam
hal ini, penulis menuturkan “الحمّاسة” tetapi sebenarnya yang dimaksud adalah
“sesuatu yang bisa meningkatkan semangat”. Dalam ilmu Balaghoh, ini disebut
dengan “majaz mursal ‘alaqoh musabbabiyah”. Menyebutkan akibat (yang
disebabkan), padahal yang dimaksud adalah penyebab.[7]
[1] Kamil
Sukron, Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012, hal 182.
[2] http://telagamimpi.blogspot.co.id/2013/03/teori-strukturalisme.html.
[3] Kamil
Sukron, Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012, hal 184.
[4] http://www.slideshare.net/lhaylap/teori-strukturalisme-prosa-fiksi.
[5] http://studi-arab.blogspot.co.id/2016/03/teori-dan-aplikasi-stukturalisme.html.
[6] http://studi-arab.blogspot.co.id/2016/03/teori-dan-aplikasi-stukturalisme.html.
[7] http://nadifsiregar.blogspot.co.id/2012/01/analisis-strutural-karya-prosa-bahasa.html.
Strukturalisme Dalam Prosa Arab
Reviewed by Unknown
on
Rabu, Desember 28, 2016
Rating:
Tidak ada komentar:
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada